AL-QURAN SAHABAT TERBAIK
Oleh: Masagus Fauzan Yayan
(Pengurus Yayasan Kiai Marogan)
Al-Qur’an surah al-Furqan ayat 27-30 di bawah ini menarik untuk kita renungkan bersama.
"Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul'. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. Berkata Rasul: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an itu sesuatu yang tidak diacuh-kan."
Fenomena menarik yang digambarkan oleh ayat di atas adalah penyesalan orang-orang zalim karena mereka telah salah memilih sahabat. Sahabat yang mereka pilih ternyata sahabat yang tidak bertanggung jawab setelah mereka dipengaruhi agar berpaling dari Al-Qur'an. Ayat di atas juga mengindikasikan keterkaitan yang cukup kuat antara bagaimana memilih sahabat dan penunjukan Al-Qur'an sebagai sahabat sejati. Dan pada ayat yang ke-30 Nabi pun mengadu kepada Allah menyangkut sikap kaumnya yang acuh tak acuh terhadap Al-Qur’an.
Penggunaan kata ya.. pada kata ya rabbi ( يا رب wahai Tuhanku) pada ayat ini mengesankan betapa sedih, pilu dan luka hatinya Nabi saw, ketika melihat umatnya meninggalkan Al-Qur’an. Mereka tidak mengacuhkannya, tidak mengikuti tuntunannya, tidak mendengar ayat-ayat yang dibacakan, apalagi sampai bergetar.
Term khalil yang berarti sahabat, yang digunakan Allah pada ayat di atas secara eksplisit menunjukkan bahwa manusia sangat membutuhkan seorang sahabat. Kebutuhan sahabat tersebut dapat kita tunjukkan pada saat ini dengan aktifitas yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan sahabat seperti meng-upload biodata ke media, chatting, dan sebagainya. Ketika kita mendengar kata “sahabat” maka di dalam benak kita akan tergambar seseorang yang sangat akrab dan selalu hadir di tengah-tengah kita baik dalam keadaan suka maupun duka.
Sebelum mencari sahabat manusia kita sebaiknya bersahabat terlebih dahulu dengan Al-Qur’an. Dikarenakan di dalam Al-Qur’an kita dapat menemukan panduan hidup yang benar, bagaimana memulai per-sahabatan yang positif dan kiat-kiat untuk mengenali sifat-sifat sahabat yang baik. Di dalam sebuah ayat diungkapkan bahwa, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az-Zukhruf: 67). Karena apabila kita jauh dari nilai-nilai Al-Qur’an, dan tidak menjadikannya sahabat kita maka hidup kita akan mudah diperdaya oleh rayuan dan bisikan setan untuk dijadikan sahabatnya. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan di dalam firman Allah: “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (yaitu Al-Qur’an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang akan menjadi temannya” (QS. Az-Zukhruf [43]: 36)
Intinya dalam kehidupan kita hanya memiliki dua pilihan untuk dijadikan sahabat: Al-Qur’an atau setan. Apabila kita bersahabat dengan Al-Qur’an maka kita akan selamat di jalan Allah, sebaliknya bersahabat dengan setan kita akan merugi dan jatuh ke lembah kehancuran dan kesesatan. Agar kita terhindar dari persahabatan dengan setan, Al-Qur’an telah memberikan tips yaitu sering-sering membaca ta’awwudz yaitu ungkapan, “A’ûdzubillâhi min asy-syaithân ar-rajîm” yang artinya: Aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”, baik dengan suara nyaring maupun berbisik. (QS. An-Nahl: 98). Selain itu, alasan yang cukup kuat kenapa kita harus bersahabat dengan Al-Qur’an, kita sebagai seorang muslim pasti sepakat bahwa Al-Qur’an adalah mu’jizat khalidah (mu’jizat abadi). Keberadaannya diyakini, sebagaimana kata pepatah, “tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Ia akan senantiasa shālih fi al-zamān wa al-makān (selalu relevan di setiap waktu dan tempat).
Dengan demikian, kita sangat beruntung bila dapat bersahabat dengan Al-Qur’an. Hanya saja, untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat karib, tentu saja kita harus memposisikan dan memperlakukannya seperti kita memperlakukan sahabat-sahabatnya. Yakni, menjadikannya sebagai teman curhat, mendengar nasehatnya, mengikuti petuahnya, dan ingin selalu dekat berada di sisinya, dalam hal ini dengan selalu membaca dan memahaminya. Sebab, dengan begitu, kita akan memperoleh kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat. Terlebih lagi, Al-Qur’an sendiri memperkenalkan dirinya sebagai kitab petunjuk (hidāyah) yang berfungsi mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (zulumāt) menuju cahaya (nūr). Atau dengan kata lain, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.Ternyata manfaat dari bersahabat dengan Al-Qur’an selain akan kita peroleh di dunia juga di akhirat nanti, karena membaca Al-Qur’an, meskipun belum mengerti artinya, akan dibalas setiap hurufnya dengan sepuluh kebajikan.
Sungguh pantas, kiranya setiap kaum muslim menja-dikan Al-Qur’an sebagai sahabat karibnya. Yaitu dengan berakhlak sebagaimana akhlak Al-Qur’an, menerapkan manajemen hidup yang Qurani, cara bergaul ala Al-Qur’an. Sebagai contoh uraian dan pembahasan di dalam Al-Qur’an tentang perlunya menjaga tali persaudaraan, tolong menolong, tidak boleh bercerai-berai; bermusuhan, berkelahi, bunuh-membunuh, caci-mencaci, ghibah. Maka hendaknya setiap orang berusaha untuk hidup rukun dan damai dengan orang lain.
Oleh karena itu mari kita mengakrabkan diri kita dengan Al-Qur’an, meskipun baru sebatas membaca (belum mempelajarinya). Jangan berpikir bahwa membaca saja tanpa pemahaman adalah tidak berguna. Kesan seperti itu adalah hasutan setan untuk mengelabui diri manusia karena surat dari Yang Terkasih amatlah indah meskipun si pencinta tak tahu maknanya.[]
artikel ini di ambil dari:http: //kiaimarogan.com/index.php?option=com_content&task=view&id=71&Itemid=33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar